Sunday 15 March 2009

Strategi Peace Building = Strategi Berkomunikasi

Membuat suatu perubahan, apalagi jika yang dituju adalah perubahan yang mendasar, seperti perubahan pola tingkah laku dan cara berpikir, maka diperlukan strategi yang tepat, yang harus dipikirkan masak-masak, agar nantinya – sesuai dengan pendekatan Do No Harm – apa yang kita lakukan tidak membawa pada kerusakan… kita tidak menjadi pemisah, akan tetapi kita menjadi penghubung bagi usaha menuju kebaikan bersama.

Hari ini, kami semua, tim saya bersama partner lokal melakukan pertemuan untuk membahas kegiatan yang telah kami laksanakan sejauh ini… apa saya yang bis akita evaluasi, perbaiki, menemukan tantangan, dan apa keberhasilan yang sudah dicapai juga.

Beberapa hal menarik saya catat dari pertemuan tersebut sebagai poin2 penting yang perlu diperhatikan ketika kita menyusun strategi.

Pertama adalah percaya pada kemampuan dan pengalaman diri, juga mitra kerja kita. Sebagai pihak yang membawakan kegiatan, ketika kita terdiri dari beberapa orang, pasti tiap orang datang dengan membawa kemampuan dan pengalaman masing-masing. Kita sebagai sebuah pribadi harus percaya dulu pada kemampuan kita… kemudian kita juga harus percaya bahwa teman-teman kita juga punya kemampuan dan pengalaman yang sama dan sejajar dengan kita. Diperlukan adanya rasa saling menghormati, menghargai, dan mempercayai agar kita bisa menjadi sebuah tim yang solid dan kuat. Ketika dirasa ada salah satu pihak yang kurang sesuai dengan tujuan bersama, maka membuka ruang diskusi, memecahkan masalah bersama adalah cara yang paling tepat. Tidak dengan mendiskreditkan pengalaman dan kemampuan dari teman kita, tapi dengan mengajak teman-teman semua untuk memikirkan apa sih yang jadi tantangannya dan bagaimana kita sebagai satu tim bisa menyelesaikannya bersama. Cara kita berkomunikasi menjadi sangat penting... membuat suatu percakapan yang tidak berkesan memojokkan menjadi kunci utamanya.

Kedua adalah kerjasama dan kolaborasi. Seperti dinayatakan dalam salah satu prinsip untuk membuat kegiatan peace building, maka kerjasama dan kolaborasi adalah salah satu prinsipnya. Kita nggak bisa kerja sendiri... peace building itu masalah saling melengkapi, masalah saling mengisi... keberhasilan usaha membangun perdamaian adalah keberhasilan dari semua sektor kehidupan. Dan semua sektor sama pentingnya. Jadi... kembali lagi, berkomunikasilah agar kita bisa saling tahu apa yang kita kerjakan, dan kita lihat dimana kita bisa saling mengisi dan kerjasama.

Ketika berbicara dengan pihak-pihak yang terlibat dalam usaha peace building, dan kita melihat pada hierarki kekuasaan, maka kita akan melihat ada 3 strata. Yang paling atas adalah mereka yang punya kekuasaan secara resmi, para pembuat kebijakan… yang di tengah adalah penguasa2 informal seperti tokoh agama dan tokoh masyarakat – mereka yang dihormati dan didengarkan oleh masyarakat, kemudian di lapis paling bawah adalah masyarakat umum. Untuk meng-golkan usaha kita, mendekati pihak yang berada di pihak paling atas juga di tengah adalah hal yang penting… karena mereka adalah pemberi legitimasi, baik yang resmi maupun informal. Tapi tetap juga kita harus memperhatikan masyarakat umum yang ada di lapis terbawah.. tetap mereka juga punya kuasa, dan terlebih lagi mereka adalah target… jadi kita harus memperhatikan apa yang sebenarnya mereka butuhkan. Kekuasaan ada di tangan mereka. Lagi2 disini kita perlu memperhatikan cara kita berkomunikasi agar kita dapat mendapat persetujuan dari pihak-pihak yang punya kuasa itu agar kegiatan kita berjalan lancar.

Dimana bumi dipijak, disitu langit dijunjung… menghormati adapt istiadat setempat menjadi hal sangat penting yang harus diperhatikan. Apalagi ketika kita masuk dalam suatu daerah yang sangat menjunjung adapt istiadat. Jangan sampai deh kita malah menjadi trouble maker hanya karena kita ingin menawarkan (ingat… bahkan ketika pada tahap menawarkan saja!!!) sesuatu yang baru. Dan bagaimana agar tidak terjadi mis-komunikasi ketika kita menawarkan sesuatu yang baru dan tidak dianggap sebagai trouble maker? Sekali lagi komunikasi… hehehe…

Lain lubuk lain ikannya. Tiap daerah punya sifat karakteristik masing-masing. Baik, mungkin pernah kita berhasil di suatu daerah yang mungkin kita lihat punya banyak kemiripan dengan daerah yang kita datangi sekarang, tapi selalu ingatlah pepatah lain lain lubuk lain ikannya. Tiap daerah punya karakteristik masing-masing yang khusus, yang tidak bisa diberi resep yang sama. Itulah mengapa kegiatan membangun perdamaian sangat beragam, penuh kreatifitas dan inovasi. Karena kita harus selalu memenuhi kebutuhan yang disesuaikan dengan karakter daerah masing-masing. Perlu suatu assessment dan analisis yang dalam sebelum kita sampai pada keputusan untuk melakukan suatu aksi. Kumpulkan data sebanyak mungkin, analisis sedalam mungkin. Untuk tahu apa sih keunikan ataupun karakter masing-masing daerah? Jangan segan-segan untuk selalu berkomunikasi.. bertanya sebanyak mungkin… perbanyak bank data kita.

Membangun perdamaian adalah membangun budaya, karakter diri pribadi dan masyarakat sehingga hidup kesehariannya dipenuhi nilai-nilai perdamaian. Dan perubahan seperti apa yang paling baik? Yaitu perbuhan dari dalam masing-masing individu. Perubahan cara pandang, perubahan perilaku, bukanlah usaha instan yang dalam sekejap bisa terjadi. Seperti halnya budaya yang terbentuk dalam masyarakat selama bertahun-tahun… maka perubahan diri pribadi juga perlu waktu yang panjang… perubahan diri tidak bisa dipaksakan. Kalau dipaksakan, maka yang terbentuk bukanlah suatu perubahan yang alamiah, tapi perubahan yang terpaksa, yang malah hanya akan menimbulkan masalah-masalah baru. Bagaimana cara menumbuhkan kesadaran untuk mau berubah? Untuk terakhirnya saya bilang komunikasi. Komunikasi yang intens, terus menerus, disesuaikan dengan keadaan, disesuaikan dengan kebutuhan.

Dari semua hal diatas yang saya sampaikan, maka benang merahnya adalah komunikasi. Komunikasi dengan berbagai cara, baik verbal maupun non-verbal. Membangun strategi peace building yang baik adalah membangun strategi untuk mengkomunikasikan perubahan… dan mengkomunikasikan perubahan ini ada banyak bentuknya, melalui kegiatan, melalui dialog verbal, melalui tulisan, melalui olahraga, melalui berbagai cara kreatif lainnya.

Jangan pernah berhenti berpikir kreatif. Jangan pernah puas dengan hasil yang telah kita capai. Jangan pernah berhenti membangun komunikasi yang aktif, positif, dan tanpa kekerasan.