Tuesday 8 January 2008

Apa Itu Pendidikan Perdamaian

Tidak ada satupun definisi yang pasti atau benar untuk pendidikan perdamaian. Ada banyak cara untuk mendefinisikan pendidikan perdamaian... bisa dilihat dari isi atau materinya, tetapi bisa juga dilihat dari konteks atau situasinya.

dari materinya, setidaknya ada tiga definisi yang bisa kita ketahui (pembagian ini bisa dibaca dalam tulisan Susan Fountain mengenai Peace Education in UNICEF terbitan Juli 1999)

tiga definisi itu meliputi:

Pendekatan berdasar keilmuan
“multi-disciplinary academic and moral quest for solutions to the problems of war and injustice with the consequential development of institutions and movements that will contribute to a peace that is based on justice and reconciliation.” (COPRED, 1986)

Pendekatan berdasar keterampilan dan tingkah laku
“a global term applying to all educational endeavors and activities which take as their focus the promotion of a knowledge of peace and of peace-building and which promote, in the learner, attitudes of tolerance and empathy as well as skills in cooperation, conflict avoidance and conflict resolution so that learners will have the capacity and motivation, individually and collectively, to live in peace with others.” (Cremin, 1993)

Pendekatan yang menggabungkan ilmu, ketrampilan, dan tingkah laku
“a process that prepares young people for global responsibility; enables them to understand the nature and implications of global interdependence; and helps them to accept responsibility to work for a just, peaceful and viable global community.” (Reardon, 1988)

sedangkan kalau kita melihat konteks dan situasinya, ada beberapa definisi yang terbagi dalam:
1. pendidikan perdamaian di masa konflik
2. pendidikan perdamaian di masa konflik yang sudah selesai
3. pendidikan perdamaian di masa pembangunan perdamaian
4. pendidikan perdamaian di daerah yang tidak mengalami konflik

keterangan lebih lengkapnya akan saya tambahkan nanti. kalau nggak salah, pembagian definisi ini ada dalam tulisan Gavriel Solomon dalam buku Peace Education terbitan tahun 2002.

Secara umum, ketika kita berbicara mengenai pendidikan perdamaian, maka ada tiga aspek yang menyusunnya, yaitu:
1. Materi
2. Proses
3. Hubungan

1. Muatan
Apa saja sih materi yang ada didalam pendidikan perdamaian? Swee-Hin Toh dan Virginia Cawagas secara sederhana membagi enam materi dasar yang diberikan dalam pendidikan perdamaian, yaitu:
- Pendidikan untuk menghapus budaya perang dan kekerasan
- Pendidikan untuk menjunjung hak asasi manusia dan menjadi manusia yang bertanggung jawab
- Pendidikan untuk hidup dengan adil dan penuh kasih
- Pendidikan untuk membangun solidaritas lintas kultur
- Pendidikan untuk memelihara lingkungan
- Pendidikan untuk kedamaian pribadi

keenam materi itu diberikan dengan tujuan akhir yaitu untuk membangun budaya perdamaian dalam masyarakat.

yang perlu diingat adalah, materi-materi itu tidak harus diberikan dalam mata pelajaran tersendiri bahkan akan lebih baik jika keenam materi itu masuk dalam semua mata pelajaran yang diberikan dalam kurikulum. nanti akan kita bahas lebih lanjut.

2. Metode
Dalam pendidikan perdamaian, proses belajar itu adalah proses yang menyenangkan. pembelajar belajar sesuai dengan apa yang diperlukan oleh dirinya dan diarahkan untuk membentuk pribadi yang damai.
Ada empat prinsip dasar pedagogi pendidikan perdamaian yang dikembangkan oleh Swee-Hin Toh dan Virginia Cawagas, yaitu:
a. Holistik atau menyeluruh
b. Melalui dialog
c. Mendorong pemikiran kritis
d. Membentuk nilai-nilai perdamaian

a. Holistik atau menyeluruh
Disini yang diartikan menyeluruh adalah proses pembelajaran itu melibatkan pikiran, hati, dan semangat. jadi pembelajar benar-benar meresapi dan mengerti apa yang dia pelajari, bukan hanya untuk memperkaya pikiran maupun keilmuan dia akan tetapi juga memperkaya hatinya.
Menyeluruh disini juga berarti melibatkan semua aspek dalam kehidupan dari tingkat individu sampai tingkat bangsa atau negara atau dunia. Melibatkan semua sektor dalam masyarakat. Dilaksanakan di semua tingkat pendidikan; dari tingkat dasar sampai tingkat tertinggi dan dalam bentuk pendidikan formal, non-formal, maupun informal. Selain itu juga menyeluruh dalam artian keterkaitan semua bidang ilmu.

b. Melalui dialog
Prinsip kedua dalam pedagogi pendidikan perdamaian adalah pelaksanaan pendidikan perdamaian selalu dilakukan dalam bentuk dialog. Dialog memungkinkan pembelajar dan guru berada dalam posisi yang sama dan saling belajar. Dialog sendiri juga melatih pembelajar dan guru untuk saling menghormati karena di dalam dialog terdapat unsur "mendengarkan dengan baik" yang kamudian membuka pembelajar dan guru untuk dapat menerima ide-ide baru. Selain itu melalui dialog maka akan terbangun suasana demokratis dan juga membuka kemungkinan semua pihak untuk berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran.

c. Mendorong pemikiran kritis
Pedagogi pendidikan perdamaian juga dirancang untuk mendorong pemikiran kritis dari pembelajar, yang nantinya diharapkan akan memunculkan komitmen dari pembelajar untuk berperan serta dalam proses transformasi kehidupan ke arah yang lebih baik dan juga berperan dalam membangun budaya damai. Komitmen itu bisa saja pada tingkat personal tetapi juga bisa mencakup pada lingkungan yang lebih luas.

d. Membentuk nilai-nilai perdamaian
Pada akhirnya, pedagogi pendidikan perdamaian ini akan menghasilkan budaya damai yang mungkin digali dari budaya lokal, dan bisa juga merupakan bentukan baru yang merupakan konsensus bersama.

3. Hubungan
Di dalam hubungan ini, yang perlu diperhatikan adalah kedudukan guru dan pembelajar adalah sama dan setara. Keduanya berfungsi sebagai sumber ilmu dan ketrampilan, tetapi keduanya juga berfungsi sebagai pembelajar.

Guru dan murid sama-sama sebagai sumber bahan belajar yang kompeten. Guru dan murid datang ke tempat belajar dengan membawa pemahaman, keterampilan, pengetahuan masing-masing. Kemudian di tempat belajar, guru dan murid sama-sama belajar dari satu sama lain.

Lalu apa yang membedakan antara guru dengan murid? Guru berfungsi sebagai fasilitator dalam proses pembelajaran. Guru mempunyai kemampuan untuk memfasilitasi proses belajar agar dapat berjalan dengan baik dan menyenangkan, juga menumbuhkan daya berpikir kritis dari murid.

No comments: